Tampilkan postingan dengan label Arsitektur Tradisional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Arsitektur Tradisional. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 September 2021

SEJARAH PRABAYAKSA #2

     SEJARAH DALEM KERATON YOGYAKARTA

    Dalam catatan Padmana Grady Prabasmara, Satrio HB Wibowo, Tri Yuniastuti, mengungkapkan bahwa Keraton Yogyakarta berdiri pada tahun 1755 sebagai hasil dari perjanjian Giyanti pada tanggal 13 februari 1755 antara Pangeran Mangkubumi; adik Sunan Pakubuwono II, Raja Keraton Surakarta dengan pihak kolonial Belanda. Lebih khusus dalam tulisannya dijelaskan wujud visual arsitektur Keraton yang terjadi di masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII (1921-1939). Sebelum bangunan Keraton dibangun secara bertahap yang dilakukan oleh Raja-Raja yang berkuasa pada jamannya mulai dari bangsal Prabayaksa dan Siti Hinggil Lor tahun 1769; bangsal Pagelaran dengan tratag bambu di tahun 1896;

    Siti Widayatsari, dalam catatannya juga menjelaskan adat istiadat Kraton melekat pada diri mereka karena kedekatan hubungan keluarga dengan Sri Sultan. Rumah bangsawan atau lazimnya yang kita kenal dalem, biasanya berlahan luas terletak pada lahan antara 200-1 000m2 . Lanjut, menurut Siti Widayatsari, pada prinsipnya Kraton Yogyakarta memiliki kurang lebih 70dalem. Namun hanya beberapa dalem yang berhasil diteliti seperti yang telah di dokumentasikan oleh (Istana Adianti, 2019), diantaranya;

1. Dalem Condrokiranan Memiliki luas 8.325M2 , sebelum beralih fungsi dale mini detempati oleh Kanjeng Ratu Condro Kirino istri dari KPH Danurejo VII (Patih). Setelah pendopo digunakan oleh Sastra dan Kebudayaan UGM dan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia), dalem ini digunakan sebagai museum Sono Budoyo II. 2. Dalem Suryoputro baru didirikan oleh HB VII untuk BRM Suryo Putro. Saat ini masih ditempati oleh keluarga BRM Suryo Putro bersamaan dengan digunakannya sebagian kompleks dalem untuk sekolahan. 3. Dalem Benawan didirikan tahun 1930-an oleh pangeran Suryo Negara (Putra HB VIII) dan kemudian tahun 1964 digunakan oleh Pangeran Benowo (Putra HB IX). Sampai saat nashi ditempati oleh pewaris Pangeran Bnowo. 4. Dalem Mangkubumen didirikan tahun 1865 yang kemudian ditempati oleh Putra Mahkota (Pangeran Adipati Anom). Setelah naik tahta dalem ini digunakan oleh GPH Mangkubumi dan yang terakhir ditinggali oleh GPH Buminoto, sekarang beralih fungsi menjadi sekolah sampai sekarang. 5. Dalem Purbonegaran Dibangun tahun 1828 dan digunakan sebagai hunian oleh BRM Purbonegoro. Saat ini masih digunakan sebagai rumah tinggal tetapi pendoponya digunakan sebagai butik. 6. Dalem Joyokusuman didirikan pada tahun 1916 dan ditempati oleh Wedono Condrokusuma (sesepu HB VII). Kemudian ditempati oleh GBPH Bintoro adik HB IX yang bertugan sebagai ajudan Raja. Kemudian tahun 1988 ditempati oleh adik HB X yaitu GBPH Joyokusumo. Saat ini selain digunakan untuk rumah tinggal juga digunakan sebagai restoran dan toko souvenir. 7. Dalem Purbayan Dibangun berkisar tahun 1829 untuk diberikan kepada Pangeran Purbayan oleh HB VII. Terjadi perubahan fungsi sebagai asrama mahasiswa dan sekolah. Pada tahun 1980 dijual kepada Probosutedjo sampai sekarang. 8. Dalem Pakuningratan Berdiri tahun 1877 pada masa HB VII untuk kediaman Pangeran Purboyo (putra mahkota) yang kemudian diangkat menjadi HB VIII. Saat ini ditinggali oleh kerabat Pangeran Purboyo, dan saat ini digunakan sebagi restoran di pendoponya. 9. Dalem kaneman Tahun 1855 secara keseluruhan bangunan ini dibangun, dan ditempati pertamakali oleh KRT Suryadi (puta HB VIII) kemudian berpindah waris ke KRT Suro Negoro. Penerus ketiga adalah KRT Wiroguno dan terakhir adalah GKR Anom Brata (putri HB IX). 10. Dalem Sastrosupartan Dalem dengan luas 4000M2 , mulai ditempati tahun 1920, rumah ini deberikan oleh HB VII untuk Raden Panji Sastrosuprapto. Tahun 19940 dalem ini dibeli oleh HB IX yang kemudian diberikan kepada mertuanya yaitu Raden Wedana Puwowinoto. Saat ini masih digunakan sebagai rumah tinggal. 11. Dalem Djoyokusuman Pada awalnya ditempati oleh GPH Tedjokusumo (PUTRA HB VII dengan Gusti Kanjeng Ratu Kencono) dan kemudian diberikan kepada GBPH Djojokusumo (putra HB VII dengan Bray Retnomandoyo). Saat ini masih digunakan sebagai rumah tinggal putra GBPH Djojokusumo. 12. Dalem Suryoputro lama Dibangun tahun 1877, diminum oleh putra HB VI ditempati oleh BPPH Hadikusumo. Saat ini digunakan untuk asrama polisi. 13. Dalem Ngabean Pada awalnya didiami oleh Pangeran Ngadisuryo yang merupakan putra dari HB II, Pangeran Ngadisuryo juga dikenal sebagai Pangeran Ngabei. Kemudian berpindah kepemilikannya ke Probosutedjo dan kemudian menjadi milik Romo Tunggal Panutan. Saat ini dalem digunakan sebagai restoran. 

Gambar: Silsila pemilik pertama dari ke empat dalem
Sumber: Penulis, dalam (Siti  Widayatsari)


Penulis: Neron Telenggen
Prodi: Arsitektur (UWM Yogyakarta)

  

SEJARAH PRABAYAKSA#1

   SEJARAH SINGKAT DALEM PRABAYAKSA DALEM MANGKUBUMEN YOGYAKARTA

Gambar: Ndalem Prabayaksa 
Sumber: Penulis, 2020

 Seperti yang dikemukakan oleh Tri Yuniastuti, Satrio HB Wibowo dan Sukirman; Dalem Mangkubumen adalah rumah Pangeran Putera Raja Jawa di Kraton Yogyakarta yang didiami oleh Pangeran Mangkubumi; dikatakan dalam isi temuannya, Dalem Mangkubumen merupakan tipe rumah tinggal yang dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VI (1855 – 1877) hingga Sultan ke VII (1877 – 1921). Menurut para penulis di atas dalam wawancaranya di lapangan pada salah satu narasumber yang merupakan kerabat dari Kraton mengatakan bahwa ide di dirikannya Dalem Mangkubumen adalah adik dari Pangeran Mustojo, Putra Mahkota calon Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang juga sang arsitek.

    Dalem Ageng Prabayaksa sendiri merupakan tempat tinggal Putra Mahkota calon Raja Jawa, namun saat Putra Mahkota menempati Prabayaksa proses pembangunan Prabayaksa masih belum selesai, ketika proses pengerjaan selesai pada 13 april tahun 1870 Putra Mahkota malah sudah sebagai Raja Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang kemudian tidak lagi menempati Prabayaksa sebagai tempat tinggal.

    Dalem Ageng Prabayaksa merupakan tempat khusus yang dipersiapkan untuk calon Raja Kraton sehingga memiliki keistimewaan tersendiri karena memiliki beberapa keunikan antara lain sebagai tempat khusus bagi calon Raja, memiliki lingkungan yang luas, kelengkapan peralatan, memiliki corak yang sama dengan Kraton, memiliki sistem pemerintahan sendiri yang dipimpin oleh calon Raja (Putra Mahkota). Keistimewaan lain dari sisi arsitekturnya Dalem Ageng Prabayaksa memiliki keunikan tersendiri dalam proses pengerjaan rumah tinggal, calon Raja Kraton ini menggunakan ukuran manual atau tradisional yang disebut “Petungan dalam istilah bahasa Jawa artinya pengukuran menggunakan jempol, kepal, jengkal, tangan dan anggota tubuh lainnya”.

Penulis: Neron Telenggen

Prodi: Arsitektur (UWM Yogyakarta)

Pustaka : Yuniastuti, Try, Wibowo, Satrio HB, Sukirman, 2014.

Silahkan klik disini: https://youtu.be/FO6XAO2lxhw