A. PEMBAHASAN
1. Fungsi awal ruang prabayaksa
Seperti yang diketahui dalem mangkubumen didirikan
sebagai tempat untuk mempersiapakan pangeran calon Raja yang akan meneruskan
kepemimpinan Raja, itu sebabnya bila di perhatikan dalem mangkubumen merupakan
miniaturnya keraton Yogyakarta sebab bantuknya hampir sama. Dari hasil
pengamatan ada empat jenis pintu yang cukup besar diantaranya pintu bagian
selatan, pintu bagian timur, pintu bagian barat, dan pintu menuju pendopo
bagian barat dari ke empat pintu ini hanya pintu selatan yang paling besar dan
pintu menuju pendopo bagian barat. Pintu ini memang tidak di buka setiap hari
seperti pintu rumah pada umumnya tapi pintu-pintu ini akan di buka saat-saat
tertentu seperti saat ada upacara atau saat mencuci benda-benda pusaka. ritual
seperti membakar sesajian masih ada dan di percaya sampai saat ini.
Berdasarkan seluruh sumber yang di dapat selama
penelitian di lapangan penulis mau mengatakan bahwa proses pembangunan
prabayaksa tidak bersamaan dengan pendopo dan pringgitan. Prabayaksa adalah
bangunan yang terakhir jadi setelah selesainya bangunan di bagian selatan pendopo
pringgitan atau yang sekarang kita kenal dengan ruang rektor dan nehru sehingga
saat dalam proses pengerjaannya pangeran mangkubumi sudah menjadi Raja sehingga
pangeran tidak sempat menikmati secara utuh ruang prabayaksa setelah selesai
dibangun. Namun untuk memastikan prabayaksa di pakai sebagai rumah tinggal pangeran,
peneliti mencocokan data pengamatan dan data yang di dapat dari informan bahwa
sisa sisa peninggalan seperti tempat tidur, tempat bakaran sesajian, bekas
kamar mandi, adanya pendopo di timur dan barat menguatkan dugaan sebagai bukti
bahwa prabayaksa merupakan tempat yang pernah ditempati pangeran mangkubumi.
Dugaan lain juga terlihat dari adanya sekatan ruang di dalamnya sebab dalam tradisi
rumah jawa disebut trisula atau ruang tengah bukan untuk tempat tinggal, justru
yang di jadikan tempat istirahat adalah ruang yang di samping atau pinggir
bukan di tengah yang biasa disebut gandok, namun hanya ruang prabayaksa yang
memiliki sekatan ruang di dalam itulah yang menjadi dugaan kuat menurut
narasumer pak Sutomo juga di dasari bukti bukti dokumentasi selama penelitian
di lapangan.
2. Perubahan
fungsi ruang prabayaksa
Ruangan dan fungsi mulai berubah pertama kali saat
dalem mangkubumen ditempati oleh UGM dimana terjadi beberapa ruang yang dirubah
seperti hilangnya kamar mandi, terjadi penambahan ruang dalam prabayaksa bagian
selatan yang di sekat untuk kebutuhan ruang kuliah. Di sekitar lingkungan dalem
prabayaksa terdapat rumah abdi dalem berbentuk tradisional awalnya yang di
rubah menjadi ruang kuliah oleh UGM juga dibangun beberapa ruang kuliah tidak
hanya itu saja seperti pendopo bagian timur dan barat juga di jadikan ruang
perkuliahan.
3. Status
prabayaksa
Prabayaksa sendiri belum pernah di renovasi sejak
berdiri hingga sekarang, namun pernah sekali menggantikan atap yang awalnya
terbuat dari tirap kayu setebal 2cm kira-kira sekitar tahun 10900an dan
sekarang di ganti dengan asbes. Kondisi prabayaksa saat ini yang masih
digunakan adalah ruang bagian utara yang di jadikan sebagai ruang perpustakaan
dan ruang referensi, sedangkan bagian selatan tidak di gunakan karena
kondisinya kurang baik. Dari hasil pengamatan di lapangan secara keseluruhan
dapat di simpulkan bahwa sebagian besar material dari prabayaksa masih terlihat
asli peninggalan pangeran mangkubumi walaupun ada beberapa yang sudah di rubah
namun itu tidak begitu nampak mempengaruhi arsitektur tradisional dari
prabayaksa.
Kondisi keruskan ini sangat memprihatinkan karena terkesan
membiarkan dimana dalam satu bangunan justru yang terpakai separuh bagian utara
sementara ruang di bagian selatan di biarkan begitu saja, inilah sifat asli
dari manusia modern saat ini menginginkan yang bagus tetapi tidak berniat untuk
memperbaiki yang rusak. Berikut ini sampel objek penelitian yang di ambil guna
menempatkan posisi perubahan pada material saat ini.
B. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini masih dalam proses penyelidikan status ruang prabayaksa sebelum dan sesudah beralih fungsi sehingga objek penelitian ini masih belum dilengkapi secara detail ukuran setiap ruang dari dalem prabayaksa. Penelitian ini hanya baru sebatas menggali kembali sejarah dan perubahan-perubahan bentuk ruang dalam dan fungsi kegiatan di dalamnya. Dalam penelitian ini penulis tidak sertakan ukuran pada denah prabayaksa ke dalam laporan sebagai bentuk penghormatan pada sang arsitek terdahulu yang telah merancang dan membangunnya dengan cara tradisional yang disebut petungan di masa kejayaannya.
B. SARAN
Berdasarkan kajian dari hasil penelitian ini penulis
ingin memberikan sedikit catatan sebagai saran baik pemerintah, mahasiswa
maupun peneliti sebagai berikut.
1. Yang
pertama saran bagi pemerintah juga lembaga swasta di wilayah Yogyakarta untuk
memberikan perhatian secara khusus bagi setiap warisan budaya peninggalan
Kesultanan Yogyakarta seperti dalem mangkubumi yang memiliki nilai sejarah
tinggi sebagai pengetahuan generasi saat ini. Dengan adanya perhatian pada
situs-situs budaya peninggalan leluhur maka generasi ini akan terus bertumbuh ke
arah yang benar karena kesadaran budaya itu ada dan tumbuh bersama generasi.
2. Bagi
mahasiswa calon arsitek mari belajar untuk berkomunikasi dengan lingkungan
sekitar kita karena disana sesungguhnya ilmu itu berada hidup dan bertumbuh
bersama masyarakat dan alam.
3. Arsitektur
tradisional merupakan cerminan bagi arsitektur modern saat ini oleh sebab itu
kehadiran peneliti sangat di butuhkan untuk mengkaji setiap elemen yang di
gunakan dalam membangun rumah tradisional. Semakin banyaknya temuan kajian
semakin banyak ilmu yang di pelajari, semakin banyak pula kesadaran di
kehidupan masyarakat untuk mencintai rumah tradisionalnya.
Penulis: Neron Telenggen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar