Kamis, 02 September 2021

SEJARAH PRABAYAKSA#3

A.     LOKASI PENELITIAN

    Lokasi penelitian berada di dalem mangkubumi kadipaten, keraton, Yoyakarta, Propinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Objek yang teliti merupakan rumah tinggal prabayaksa peninggalan Pangeran Mangkubumi yang didirikan oleh Sultan HB VI dengan tujuan untuk tempat tinggal putera mahkota atau Pangeran Adipati Anom.

Gambar: Peta lokasi Dalem Prabayaksa
Sumber: Google, (Di olah penulis)

B.  JENIS PENELITIAN

    Jenis penelitian adalah pengamatan langsung di lapangan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Penelitian deskriptif  adalah jenis penelitian yang bertujuan menyajikan gambaran lengkap untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sebuah fenomena. Dalam penelitian ini akan hasil penelitian dan pengkajian yang membahas tentang sejarah, bentuk ruang dalam, dan fungsi ruang dari dalem prabayaksa. Peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya, kemudian menggambarkan atau melukiskannya sebagaimana adanya, sehingga pemanfaatannya pada saat itu pula yang belum relevan digunakan untuk waktu yang akan datang. Karena itu tidak selalu menuntut permintaan hipotesis.

 PENDEKATAN PENELITIAN 
1. Survei jarak dekat
2. Pendekatan studi kasus
3. Pendekatan analisis pekerjaan dan aktivitas
4. Metode komparatif

METODE PENGUMPULAN DATA 
Data primer
1. Wawancara 
2. Dokumentasi
3. Metode pengolahan data
A. Mengedit
B. Mengklasifikasikan
C. Verifikasi
D. Analisis
e. Penutup
Data sekunder 
    Data sekunder meliputi dokumen resmi milik instansi terkait, surat kabar, majalah dan jurnal yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini.


HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITI
    Objek penelitian yang teliti adalah gedung prabayaksa yang merupakan peninggalan rumah tinggal Pangeran Mangkubumi yang sekarang digunakan sebagai ruang perkuliahan UWM Yogyakarta. Variabel penelitian Cakupan ini berfokus pada skala bangunan.

Tabel: Variabel penelitian

    Dari variabel tersebut, tiga elemen sampel dipilih dianalisis dan disintesis menggunakan variabel skala bentuk ruang dan fungsi. Untuk mengetahui ketersesuaian antara teori dan pengamatan di lapangan. Maka ditemukan hasil sebagai berikut.

1. Hasil wawancara dan Pengamatan
    Untuk mengetahui data dan informasi dari teori yang dipelajari dari literatur seperti buku, jurnal bahkan media lainnya, maka perlu mengamati langsung di lokasi sebagai objek penelitian. Untuk menemukan informasi dan data, berikut  ini adalah wawancara oleh dua narasumber yang memberikan informasi seputar objek pengamatan:
A. Wawancara pertama pak Sutomo

Neron : Pak saya Neron mahasiswa arsitektur Widya Mataram dosen pembimbing praktek saya pak Satrio HB Wibowo. saya sedang mengamati sejarah, fungsi ruang dan proporsi arsitektur dari prabayaksa ini. Saya ingin mengetahui sejarah tentang prabayaksa, usia dari bangunan ini, dan seterusnya sejarah prabayaksa sama bapak.

pak Sutomo : Kalau usiannya ada didepan pintu prabayaksa, kalau tanggal pembangunannya juga sudah ada tapi ngak tau 1876 ya selesai. “Maaf saya batuk”

pak Sutomo : Kalo istana atau kraton jawa itu biasanya dapopo yakso ya' kalo yakso itu biasanya kalo di ralon sekarang itu sebagai pusat, pusatnya keraton. Di keraton sini itu untuk penyimpanan pusaka ya.' Tapi kalo disini apakah untuk penyimpanan pusaka apa ngak karena keraton saya ngak tau, kalo keraton disini pusakannya banyak ya.' Ne, disini hanya istana putra mahkota itu, waktu itupun ini selesai, bangunan ini selesai itu putra mahkotanya sudah jadi Raja. Putra mahkota itu berada di sini tapi bangunannya belum selesai belum bentuk selesai, Ketika selesai dia sudah jadi Raja. Jadi tidak sempat menempati. Nah' prabayaksa ini apa namanya, kalo saya amati dari tata ruangnya kok yang di pakai tinggal itu sebelah utara karena dulu di sebelah utara di luar ya tapi nyambung itu ada semacam dubluk terus ada kamar mandi tapi sekarang sudah dibongkar. Nah' kalo kita lihat lagi,

pak Sutomo : Ada gambarnya ngak?

Neron : Ada gambarnya pak

pak Sutomo : Kalo disini ada sekat. Nah sekat itu kan tidak simetri, karena apa, karena dia mengejar pintu, pintu yang menembus ruang sebelah sini terus ruang sebelah sana. Nah kebetulan posisi ruang ini tidak sama yang ada disana posisi sekatnya agak bengkok, kalo ruang disini ngak. Nah' saya curiga yang disini di sebelah utara itu di tinggali karena ada wc sama kamar penghubung tembusan di pendopo ini. Nah' yang ini ada ruangnya, kalo sekarang nama ruangnya apa ni namanya?

Neron : Ruang kuliah yang ini?

pak Sutomo : Iya.' Itu kan sambungannya pintu tembusan dari dalam itu keluar sini, lewat pendopo kecil ini yang ruang kuliah itu. Disana juga ada, nah gitu. Jadi mengapa sekat itu simetri gitu, nah saya ngak curiga yang berada di sebelah sini untuk menyimpan barang-barang penting karena apa disini pintu besar., istilahnya itu kalo untuk membukanya harus diangkat disangga gitu.

pak Sutomo : Iya.' Karena untuk menambah ruang disini to. Nah itu yang ditempati saya piker disini karena arahnya ada kamar mandi ini kan, terus ini kan tempat keluar, keluarnya kan lewat sini. Kalo ada ruang, ruang pendopo kan. Nah sini ada pintu yang melelahkan karena harus diangkat dulu. Nah ini tadi jarang dibuka biasanya ada upacara upacara.

Neron : Maaf pak' mungkin bisa diperjelas biar nanti di gambar ulang.

pak Sutomo : Coba sini gambarnya, ini gini.' Ini pintu to, ini ada dulurnya nah gini.

Neron : Aduh,. Jadi ada lorong gitu ya

pak Sutomo : Nah, ini juga gak langsung pendopo, pendoponya kan ini, nah ini pintunya. Ini juga disini ada pintu

pak Sutomo : Disini gakppa kan.

Neron : Iya gakppa pak, itu memang untuk coretan sketsa denah

pak Sutomo : Ini sama juga ada ininya, tapi gak simetris. Nah ini tu yang bikin Gajah Mada. Karena kalo kita lihat di bagian atas itu ada angin semacam angin ventilasi itu yang asli., Nah yang sini itu gak ada tu

Neron : Berarti ini baru dibuat jaman Gajah Mada to

pak Sutomo : Iya. Kalo informasi secara tertulis saya gak tau ya, tapi kalo saya lihat dari sini ada wc berarti ini bekas pakai iya to. Terus ini pintu keluar. Tidak.' disini ada pintu yang baru di buka ketika ada upacara upacara besar seperti di keraton sekarang pas kalo mau hari apa ya, semacam penjualan benda pusaka itu baru dibuka, nah disini.

Neron : Terus ruang kecil ini yang ada sekatnya sekarang itu, apakah sekatnya sudah lama atau baru dibuat pak.

pak Sutomo : Saya kurang perhatikan tapi, kalo di lihat dari pintunya itu sama gak? Gitu. Kalo yang ini pintunya sama yang ini, ini, beda sekali sama yang ini beda betul cuma pintu biasa, sekarang seperti itu. Ya' dilihat aja, saya lupa sudah lama tidak masuk sana.

Neron : Saat proses pembangunan itu bapak sempat melihat gak.

pak Sutomo : Ngak mas, hahaa, itu tahun sekitar 1870. Lihat tu prasasti diatas pintu Bahasa melayu.

Neron : Berarti sekarang ruang yang ada dijadikan ruang perpus,

pak Sutomo : Ngak mas, sepertinya melihat ruangnya asli soalnya saya pintunya ada melengkung begini.

Neron : Berarti ruangannya dari dulu seperti ini.

pak Sutomo : Kalo saya karena informasi secara tertulis gak ada jadi hanya membandingkan modelnya, bentuknya gitu.

Neron : Berarti sudah berapa kali ada prabayaksa pak. Ini kan mau di renovasi lagi katanya bulan maret ini.

pak Sutomo     : Kalo dulu itu atapnya dari tirap kayu semua terus HB ke VIII atau, ngak tau agak lupa, sekitar tahun 10900 atau sekitar tahun berapa ya, saya ngak tau lupa soalnya nga ada catatan tertulis. Nah atapnya dulu seperti itu yang di biro namanya tirap kayu tebalnya sekitar 2cm tapi rusak diganti itu. Dulu itu ngak seperti ini, nah sekarang yang ada itu asbes baru itu yang di pasang. Nah, sebenarnya kalo dulu itu prabayaksa tidak berdiri sendiri ruang kuliah ini kan dulu tempat pembuatan the di masak untuk minuman. Nah, kalo yang ini sampe ke utara itu rumah tinggal Abdi Dalem.

Neron              : Memangnya ruang ruang kuliah sekarang ini dulunya sudah ada atau gimana pak?

pak Sutomo     : Memang sudah ada tapi bentuknya tidak seperti ini, bentuknya tradisional, kalo ini kan buatan dari Gadjah mada temasuk yang di belakang itu yang ada Menara airnya itu buatan Gadjah mada, disana juga sama. Jadi kalo rumah jawa itu yang di tengah ini sifatnya untuk trisula bukan untuk tempat tinggal, tempat tinggal itu yang berada di pinggir namanya gandok. Nah’ seperti rumah saya ini berjejer dari sana sampe mutar sana pokonya mepet dinding namanya gandok.

pak Sutomo     : Nah’ kalo prabayaksa seperti itu dia tidak berdiri sendiri di dukung sama gandok gandok itu karena disitu pembantu pembantu putera mahkota tinggalnya, sama yang di sebelah timur sana sama, itu sama pendopo yang ada ruang kuliahnya sebelahnya sana itukan juga rumah tinggal abdi Dalem. Kalo pojok rumah besar sekali itu dulunya gak sebesar itu yang atasnya tinggi tu punya gadja mada laboratorium fisika, kalo yang di selatan hampir sama yang di pake paud itu bengkel, bengkel mobil apa aja sekitar tahun 1949. Sebelumya dulu itu dapur, nah kalo ruang kuliah ni dulunya laboratorium farmasi yang dindingnya papan hijau ini. Nah’ kalo ruang yang ini dulu fakultas kehutanan, terakhir itu fakultas kedokteran pindahnya sekitar tahun 1980

Neron              :  Dalam ruangan depan bagian timur yang dibuat oleh gadja mada kemarin saya masuk dan sempat melihat ada tempat tidur pangeran sama tempat bakaran kemenyan, apakah ada waktu waktu tertentu untuk lakukan ritual seperti itu atau gimana biasanya pak?

pak Sutomo     : Iya.’ Kalo dulu ada tapi bukan di situ. Awalnya juga bukan di situ, ini kan di pake buat kuliah widya mataram terus di pindahkan ke situ terus gak di pake lagi sama widya mataram karena ruangnya mungkin terlalu banyak

Neron              :  Apakah masih terus ada sampai sekarang ritual bakaran kemenyan seperti itu pak?

pak Sutomo     : Masih.’ Kadang kadang ya’ kalo gak di situ kadang di pendopo situ bakar kemenyan. Fungsinya itu, dulu tinggalnya mungkin di situ karena pegangan saya ada kamar mandinya.

Neron              :  Berarti prabayaksa dengan pendopo ini lebih dulu prabayaksa ya lamanya bangunan atau pendopo pak?

pak Sutomo     : Kalo mana yang lebih dulu saya gak tau ya, tapi yang sana itu sudah jadi nah terakhir itu prabayaksa terus nehru itu pada waktu di tinggal putera mahkota jadi raja itu belum dikasih lantai masih pasir ruang nehru itu makanya lain lantainya dulu itu tegelnya yang batu kalo sekarang tegelnya keramik

Neron              : Berarti bangunnya depan pendopo baru utara prabayaksa?

pak Sutomo     : iya bangunnya ke utara

pak Sutomo     : Nah ini lengkungannya beda itu atapnya namanya apa ya, lupa….kalo yang di depan itu kan dudur, yang ini limasan, kalo yang ini juga limasan tapi yang menghadap, ini kan pendopo, terus pringgitan, pendopo pringgitan, ini prabayaksa.

pak Sutomo : Kok bikin prabayaksa untuk apa? dulu ada juga yang nanyain tentang prabayaksa juga.

Neron: Aduh.' yang kemarin itu mereka penelitian dosennya saya kurang tau siapa ibu atau bapak, tapi yang sekarang saya ambil ini praktek ada beberapa bagian yang ditawarkan, pengabdian masyarakat, penelitian, pengawasan sama apa ya, jadi kira kira seperti itu mahasiswa memilih salah satu nah, kebetulan saya memilih penelitian jadi saya dapat tempat di sini prabayaksa. Lalu saya mencari siapa orang yang bisa memberi saya informasi terkait prabayaksa, nah akhirnya saya bertemu teman Faizin sama Rizky yang kemarin wawacara sama bapak lalu mereka mengarahkan saya untuk bertemu dengan bapak

pak Sutomo : Tapi ini termasuk taman istimewah ya karena atapnya itu kalo kita sebut itu lambang gantung, atapnya itu menggantung sana gantung sini juga gantung nah, itu yang istimewah tu, memang lemah secara teknis tapi nyatanya tidak, tidak runtuh kuat. Kalo runah jawa ya itu yang istimewah, kalo yang di pake sehari malah malah di pinggir pinggir ini, memang praktis di pake tidur, di pake keluargalah gitu. Tapi kalo buat upacara upacara di pake yang di tengah itu makanya kalo di lihat itu pendopo semua, kalo kita mau cari kamar tidur kamar mandi semua gak ada., nah' kok disitu ada kamar mandi maka mesti di pake untuk tempat tinggal pangeran. Karena kalo orang jawa itu wc itu istilahnya di sebut pakiwan 'kiwo' itu kotor nah makanya kalo memberi harus pake tangan kanan karena kalo tangan kiri atau tangan kiwo itu kotor. kalau mau buat wc itu harus jauh dari lagunya menyanyikan gitu, tapi sekarang sudah gak dianggap seperti itu sekarang wc dianggap sehat terus akhirnya masuk lagi ke dalam ruang dekat dengan ruang tidur

Neron : Pak kemarin di kuliah umum saya dengar di samping timur prabayaksa itu katanya pernah ada halaman kecil semacam taman sari mini untuk apa pak?

pak Sutomo : Oow, itu namanya taman sri wedari di belakang rumah sebelah kiri itu rumah tinggal seperti ini nah, sebelahnya taman sampe pojok sana fungsi taman terus ada seperti kolam renang nah, itu untuk pemandian tapi sekarang sudah rusak sudah ada rumah tinggal disitu

Neron: OOW, ITU Pemandian untuk review Keluarga Yang Tinggal di Lingkungan Penyanyi ATAU gimana pak?

pak Sutomo : Iya, untuk keluarga yang tinggal di lingkungan ini, terutama ya terutama bangsawan bangsawan yang disini, kalo abdi Dalem tidak. Besar juga terus Panjang nah, disitu ada kolam terus ada pancurannya terus kolamnya panjang lalu ada tempat ganti pakaian paling timur. Tapi kalo sekarang nyari susah sudah tertutup rumah semua, jadi kolamnya jadi rumah, dulu waktu saya kecil masih terlihat sekarang tertutup.

B.  Wawancara kedua pak Jisuharno

Narasumber : Ada tiga gedung dan jalurnya masing-masing.

Faizin : Asmanipun..?

Narasumber : Jisuharno. Dulu dari kaka ipar saya yang pegang UKS dan dulu saya mendirikan ini saya di bagian prabuyokso, sekitar tahun 80an

Narasumber : Ini apa yang mau di cinta.?

Faizin : Ruang Nehru. Nehru itu sekarang itu di fungsikan untuk perkuliahan, nah dulu itu di fungsikan untuk apa yaa..?

Narasumber : Ada dulunya itu di pake untuk gajah mada atau yang di pake oleh pegawai monorki itu loh.

Faizin : Sebelum ugm itu apa yaa..?

Narasumber : anu itu kerajaan. Nehru itu digunakan untuk ruang pegawai kerajaan, tempat kerja sultan itu di nehru yang sekarang itu. Depanya itukan proboyekso nah itu ruang untuk rumah tangga keraton itu disitu. Untuk pegawainya saat itu yang di nehru ini. Kalo yang tersedia lagi untuk seperti lobby itu looh. Seumpanya ada tamu seperti ratu belanda itu datang nah itu masuknya disitu. Kalo yang disebelahnya itu untuk ritual seperti di keraton. Jadi simpelnya itu yang satu untuk pendopo membuktikan yang satu untuk pegawai kraton yang di tegah dan yang satunya lagi untuk rumah tinggal/ rumah tangga.

 Nah yang sini sampe rumah pak Sutomo itu tiga fungsi untuk rumah tinggal, sedangkan yang lain itu untuk pondok-pondok gitu. Semua kraton rata-rata sama, disini terkenal dengan kraton kecil, di pake oleh mangkubuono 7 sebagai rajanya disini sebagai putra kraton, makanya kalo di katakana masjid di kadipaten itu kalo di kauman di sebut masjid gede kalo disini itu disebut mejid cilik.

Sebetulnya di dalam rumahya pak Sutomo itu ada surohnya terus ada sumur dan di sebelah timur itu ada semacam patok gitu.

Faizin : Itu sumur ya pak..?

Narasumber : Kraton-kraton kan biasanya masjid namanya patok negero nah itu bangunan seperti itu biasanya ada, kan ada pringitan itu sama. Tapi kadang-kadang cerita sodara-sodara keluarga dari bapak-bapak kita kejadian sesuai denga apa yang di ceritakan, apalagi ibu saya, tapi sudah meninggal. Dulu itu fungsi masjid kauman sini cilik jadi yang sana mejid kauman gede.

Faizin : Dulu itu memang nehru tertutup sama kaca sama papan, apa memang seperti itu dari dulunya.?

Narasumber : tidak.. dulu itu pake semacam triplek, jadi kalo ada yang datang bisa langsung buka seperti mantenan git uterus nanti di kaitakan. Yang namanya pendopo itu di Atas jadi yang bawahnya itu Namanya bangsal dan disampingnya itu namnya plataran, itu yang settahu saya.

Faizin : Tegel adanya itu di generasi HB yang ke brapa..?

Narasumber : HB yang 7, tapi yang dulu bedah alas ini tu HB ke 6 jadi bapaknya, termasuk ambarukmo itu, sekarang kadang-kadang kraton itu suka keliru mana Sultan ….? dengan UUD monarki itu ada, yang tidak boleh sini-sini itu ada monarki kontistusi seperti ambarukmo tu. nah ambarukmo itu ada aturannya dengan disini. Dulu kalo ada tamu-tamu seperti ratu belanda dan disini tidak ada waktu untuk mempersiapkan maka di alikan ke ambarukmo.

Faizin : Seperti penginapan sementara.

Narasumber : Semacam selter gitu seperti tempat transit gitu. Setelah HB ke 7 itu lengser dia udah duluan lengser karna dianya uda tua gitu dan harus regenerasi ke HB yg 8. Dan tempat peristirahatan terahir sulta ke 7 itu di ambarukmo.

Kemudian sultan ke 8 itu baru menggunakan keraton sampai sultan ke 9, ke 10 nah itu baru sempurna. dulu itu kraton ibaratnya masih keselatan. Nah sekarang baru di arahkan menjadi sumbu imajiner bisa ditentukan dari tugu sampi ke kerapiak merupakan sumber daya manusia tapi secara keseluruhan itu merapi sampai ke laut selatan yang merupakan nilai filosofi dari alam, manusia dan lingkungannya. Jadi ada lagi nilai filosofinya itu dari tugu sampai krapeak itu adalah perjalanan hidup orang, margo utomo itu adalah tugu dulu namanya seperti itu dan merupakan awal dari manusia lahir dan ada perjalanan-perjalanan, nah itu seperti manusia itu banya cobaan dan dulu dikenal sebagai islamo limo , main, makan, minum, medok, ada 5.

Istilah malioboro itu dulu karna ada karena 2 gedung kantor pos dan BNI yaitu dua Gedung yang melbur kata-katanya itu diserempetin maka jadilah malioboro. Jadi kaitanya dengan mol limo boro tujuan melawan percobaan hidup. Mulianya manusia itu adalah kerja punyaknya itu dalah pasarharjo, terus sampe ke alun-alun itu manusia alias ada hiburan atau kesenangan, dan ada juga yang namanya sekaten yang dimana membutuhkan dakwah-dakwah yang berisikan tentang kehidupan-kehidupan manusia pada tempatnya di alun-alun utara itu.

Faizin : Pak mangkubunen ini apakah menghadap ke selatan juga yaa pak.?

Narasumber : Ia menghadap keselatan.

Faizin : Selama ini ada berapa kali di renov pak..?

Narasumber : Baru cuma di kasi kaca itu aja.

Faizin : Maksudnya ganti atap gitu uda pernah belom pak..?

Narasumber : Itu masih asli semua dan masih ada motif ikan-ikan kan. yang hanya di ganti itu hanya kaca aja.

Rizki : Motif ikan itu apakah ada nilai filosofinya juga gak pak..?

Narasumber : Ikan itu hanya motif biasa saja.

Rizki : Jadinya itu merupakan kantor pegawainya kraton satu itu yaa pak..?

Narasumber : Ia betul, disitu adalah kantor pegawai kraton pada masa itu.

Rizki : Kalo depanya itu yang sedang di pake rektorat itu dulunya di sebagai apa..?

Narasumber : Itu dulunya itu lobi, atau tempat duduk tamu yang datang. Sedangkan di belakangnya hanya khusus untuk pegawai.


Penulis: Neron Telenggen

Prodi Arsitektur (UWM Yogyakarta)

silahkan kunjungi link di bawah ini untuk melihat kondisi prabayaksa

https://youtu.be/FO6XAO2lxhw

Rabu, 01 September 2021

SEJARAH PRABAYAKSA #2

     SEJARAH DALEM KERATON YOGYAKARTA

    Dalam catatan Padmana Grady Prabasmara, Satrio HB Wibowo, Tri Yuniastuti, mengungkapkan bahwa Keraton Yogyakarta berdiri pada tahun 1755 sebagai hasil dari perjanjian Giyanti pada tanggal 13 februari 1755 antara Pangeran Mangkubumi; adik Sunan Pakubuwono II, Raja Keraton Surakarta dengan pihak kolonial Belanda. Lebih khusus dalam tulisannya dijelaskan wujud visual arsitektur Keraton yang terjadi di masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII (1921-1939). Sebelum bangunan Keraton dibangun secara bertahap yang dilakukan oleh Raja-Raja yang berkuasa pada jamannya mulai dari bangsal Prabayaksa dan Siti Hinggil Lor tahun 1769; bangsal Pagelaran dengan tratag bambu di tahun 1896;

    Siti Widayatsari, dalam catatannya juga menjelaskan adat istiadat Kraton melekat pada diri mereka karena kedekatan hubungan keluarga dengan Sri Sultan. Rumah bangsawan atau lazimnya yang kita kenal dalem, biasanya berlahan luas terletak pada lahan antara 200-1 000m2 . Lanjut, menurut Siti Widayatsari, pada prinsipnya Kraton Yogyakarta memiliki kurang lebih 70dalem. Namun hanya beberapa dalem yang berhasil diteliti seperti yang telah di dokumentasikan oleh (Istana Adianti, 2019), diantaranya;

1. Dalem Condrokiranan Memiliki luas 8.325M2 , sebelum beralih fungsi dale mini detempati oleh Kanjeng Ratu Condro Kirino istri dari KPH Danurejo VII (Patih). Setelah pendopo digunakan oleh Sastra dan Kebudayaan UGM dan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia), dalem ini digunakan sebagai museum Sono Budoyo II. 2. Dalem Suryoputro baru didirikan oleh HB VII untuk BRM Suryo Putro. Saat ini masih ditempati oleh keluarga BRM Suryo Putro bersamaan dengan digunakannya sebagian kompleks dalem untuk sekolahan. 3. Dalem Benawan didirikan tahun 1930-an oleh pangeran Suryo Negara (Putra HB VIII) dan kemudian tahun 1964 digunakan oleh Pangeran Benowo (Putra HB IX). Sampai saat nashi ditempati oleh pewaris Pangeran Bnowo. 4. Dalem Mangkubumen didirikan tahun 1865 yang kemudian ditempati oleh Putra Mahkota (Pangeran Adipati Anom). Setelah naik tahta dalem ini digunakan oleh GPH Mangkubumi dan yang terakhir ditinggali oleh GPH Buminoto, sekarang beralih fungsi menjadi sekolah sampai sekarang. 5. Dalem Purbonegaran Dibangun tahun 1828 dan digunakan sebagai hunian oleh BRM Purbonegoro. Saat ini masih digunakan sebagai rumah tinggal tetapi pendoponya digunakan sebagai butik. 6. Dalem Joyokusuman didirikan pada tahun 1916 dan ditempati oleh Wedono Condrokusuma (sesepu HB VII). Kemudian ditempati oleh GBPH Bintoro adik HB IX yang bertugan sebagai ajudan Raja. Kemudian tahun 1988 ditempati oleh adik HB X yaitu GBPH Joyokusumo. Saat ini selain digunakan untuk rumah tinggal juga digunakan sebagai restoran dan toko souvenir. 7. Dalem Purbayan Dibangun berkisar tahun 1829 untuk diberikan kepada Pangeran Purbayan oleh HB VII. Terjadi perubahan fungsi sebagai asrama mahasiswa dan sekolah. Pada tahun 1980 dijual kepada Probosutedjo sampai sekarang. 8. Dalem Pakuningratan Berdiri tahun 1877 pada masa HB VII untuk kediaman Pangeran Purboyo (putra mahkota) yang kemudian diangkat menjadi HB VIII. Saat ini ditinggali oleh kerabat Pangeran Purboyo, dan saat ini digunakan sebagi restoran di pendoponya. 9. Dalem kaneman Tahun 1855 secara keseluruhan bangunan ini dibangun, dan ditempati pertamakali oleh KRT Suryadi (puta HB VIII) kemudian berpindah waris ke KRT Suro Negoro. Penerus ketiga adalah KRT Wiroguno dan terakhir adalah GKR Anom Brata (putri HB IX). 10. Dalem Sastrosupartan Dalem dengan luas 4000M2 , mulai ditempati tahun 1920, rumah ini deberikan oleh HB VII untuk Raden Panji Sastrosuprapto. Tahun 19940 dalem ini dibeli oleh HB IX yang kemudian diberikan kepada mertuanya yaitu Raden Wedana Puwowinoto. Saat ini masih digunakan sebagai rumah tinggal. 11. Dalem Djoyokusuman Pada awalnya ditempati oleh GPH Tedjokusumo (PUTRA HB VII dengan Gusti Kanjeng Ratu Kencono) dan kemudian diberikan kepada GBPH Djojokusumo (putra HB VII dengan Bray Retnomandoyo). Saat ini masih digunakan sebagai rumah tinggal putra GBPH Djojokusumo. 12. Dalem Suryoputro lama Dibangun tahun 1877, diminum oleh putra HB VI ditempati oleh BPPH Hadikusumo. Saat ini digunakan untuk asrama polisi. 13. Dalem Ngabean Pada awalnya didiami oleh Pangeran Ngadisuryo yang merupakan putra dari HB II, Pangeran Ngadisuryo juga dikenal sebagai Pangeran Ngabei. Kemudian berpindah kepemilikannya ke Probosutedjo dan kemudian menjadi milik Romo Tunggal Panutan. Saat ini dalem digunakan sebagai restoran. 

Gambar: Silsila pemilik pertama dari ke empat dalem
Sumber: Penulis, dalam (Siti  Widayatsari)


Penulis: Neron Telenggen
Prodi: Arsitektur (UWM Yogyakarta)

  

SEJARAH PRABAYAKSA#1

   SEJARAH SINGKAT DALEM PRABAYAKSA DALEM MANGKUBUMEN YOGYAKARTA

Gambar: Ndalem Prabayaksa 
Sumber: Penulis, 2020

 Seperti yang dikemukakan oleh Tri Yuniastuti, Satrio HB Wibowo dan Sukirman; Dalem Mangkubumen adalah rumah Pangeran Putera Raja Jawa di Kraton Yogyakarta yang didiami oleh Pangeran Mangkubumi; dikatakan dalam isi temuannya, Dalem Mangkubumen merupakan tipe rumah tinggal yang dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VI (1855 – 1877) hingga Sultan ke VII (1877 – 1921). Menurut para penulis di atas dalam wawancaranya di lapangan pada salah satu narasumber yang merupakan kerabat dari Kraton mengatakan bahwa ide di dirikannya Dalem Mangkubumen adalah adik dari Pangeran Mustojo, Putra Mahkota calon Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang juga sang arsitek.

    Dalem Ageng Prabayaksa sendiri merupakan tempat tinggal Putra Mahkota calon Raja Jawa, namun saat Putra Mahkota menempati Prabayaksa proses pembangunan Prabayaksa masih belum selesai, ketika proses pengerjaan selesai pada 13 april tahun 1870 Putra Mahkota malah sudah sebagai Raja Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang kemudian tidak lagi menempati Prabayaksa sebagai tempat tinggal.

    Dalem Ageng Prabayaksa merupakan tempat khusus yang dipersiapkan untuk calon Raja Kraton sehingga memiliki keistimewaan tersendiri karena memiliki beberapa keunikan antara lain sebagai tempat khusus bagi calon Raja, memiliki lingkungan yang luas, kelengkapan peralatan, memiliki corak yang sama dengan Kraton, memiliki sistem pemerintahan sendiri yang dipimpin oleh calon Raja (Putra Mahkota). Keistimewaan lain dari sisi arsitekturnya Dalem Ageng Prabayaksa memiliki keunikan tersendiri dalam proses pengerjaan rumah tinggal, calon Raja Kraton ini menggunakan ukuran manual atau tradisional yang disebut “Petungan dalam istilah bahasa Jawa artinya pengukuran menggunakan jempol, kepal, jengkal, tangan dan anggota tubuh lainnya”.

Penulis: Neron Telenggen

Prodi: Arsitektur (UWM Yogyakarta)

Pustaka : Yuniastuti, Try, Wibowo, Satrio HB, Sukirman, 2014.

Silahkan klik disini: https://youtu.be/FO6XAO2lxhw